Senin, 18 April 2016

Metabolisme­ Karbohidrat pada Penderita Diabetes Melitus


            Karbohidrat adalah zat gizi makro yang tersusun dari atom karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Karbohidrat merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh. Setiap satu gram karbohidrat menghasilkan empat kalori. Kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan suplai energi berkurang sehingga tubuh mencari zat gizi/nutrien lain sebagai alternatif, yaitu lemak atau protein. Lemak tubuh akan digunakan terus menerus dan protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan tubuh menjadi semakin kurus.
            Sedangkan saat energi dari karbohidrat tersedia cukup atau lebih maka lemak tidak digunakan sebagai energi namun disintesis dan disimpan. Metabolisme karbohidrat yang kurang baik ini mengakibatkan terjadi penimbunan lemak sehingga menimbulkan obesitas atau kegemukan. Obesitas tersebut menimbulkan efek penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, dan stroke1.
          Fungsi utama dari metabolisme karbohidrat adalah untuk menghasilkan energi dalam bentuk senyawa yang mengandung ikatan fosfat tinggi. Kelainan metabolisme sering disebabkan karena adanya kelainan gen yang mengakibatkan enzim tertentu yang diperlukan untuk proses metabolisme berkurang atau bahkan hilang.
       Diabetes melitus atau kencing manis adalah salah satu penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh kurangnya jumlah atau tidak optimalnya kerja insulin (hormon polipeptida). Hal ini menyebabkan insulin dan glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik dan menumpuk di pembuluh darah.
            Berdasarkan data yang diperoleh International  Diabetes Federation (IDF), Indonesia masuk dalam urutan ke-7 penderita diabetes tertinggi di dunia, setelah Cina, India, USA, Brazil, Rusia, dan Mexico. Hampir 13% penderita diabetes di Indonesia mayoritas berusia 55-69 tahun. Pendapatan seseorang juga mempengaruhi jumlah penderita diabetes. Pada negara berpendapatan rendah dan menengah terdapat sedikit penderita diabetes. Sedangkan pada negara berpendapatan tinggi rata-rata penderita diabetes berusia lebih dari 60 tahun2.

            Diabetes yang timbul karena kekurangan insulin disebut diabetes melitus (DM) tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedangkan pada penderita DM tipe II disebabkan karena insulin tidak berfungsi dengan baik atau sering disebut Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di hati dan otot3

            Saat glukosa darah meningkat hingga melebihi kapasitas reabsorpsi sel tubulus ginjal, glukosa akan diekskresikan melalui urin (glukosuria). Glukosa yang terdapat pada urin memiliki efek osmotik yang menarik H2O masuk ke tubulus ginjal sehingga terjadi proses osmotik yang ditandai dengan poliuria (peningkatan aktivitas buang air kecil). Poliuria menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang dapat menimbulkan dehidrasi karena penurunan volume darah. Hal ini dapat berakibat fatal jika tidak ditindaklanjuti karena aliran darah ke otak berkurang atau terjadi gagal ginjal sekunder akibat gangguan filtrasi4.
            Pada penderita DM tipe II terjadi peningkatan kecepatan sintesis dari asam lemak tidak diimbangi dengan kecepatan penyimpanan pada jaringan lemak. Sehingga asam lemak yang dihasilkan tidak semuanya dapat dikatabolisme. Asam lemak berlebih diubah menjadi trigliserida dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Umumnya penderita diabetes mempunyai aktivitas fisik yang kurang sehingga mengakibatkan kadar lemak dalam darah meningkat dan akan terjadi penebalan pada pembuluh darah terutama pada bagian mata5.
            Pada penderita diabetes dianjurkan untuk memeriksakan kondisi ginjal, mata, dan saraf karena khawatir terjadi komplikasi. Penderita diabetes berisiko terjadi penurunan ketajaman penglihatan mata dan kemungkinan terjadi komplikasi pada retina mata (retinopathy diabeticum) yang dapat berakhir dengan kebutaan. Saraf-saraf tepi pada ujung jemari penderita akan terasa nyeri tertusuk yang menandakan gula darah semakin tinggi. Penderita diabetes memerlukan vitamin B lebih banyak karena aliran darah kapiler di ujung-ujung jemari perlu lebih diperhatikan. Gangguan aliran darah dapat menyebabkan luka menjadi sukar sembuh dan jaringan mudah membusuk (gangrene) yang berakhir dengan tindakan amputasi6. 

Referensi:
1 Devi, N., 2010. Nutrition and Food - Gizi untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
2 IDF, I. D. F., 2013. International Diabetes Federation. [Online]
Available at: http://www.idf.org/membership/wp/indonesia
[Diakses 30 Agustus 2014].
3 Suriani, N., 2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus, Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
 4 Hanifah, R., 2011. Berbagi Manfaat. [Online]
Available at: http://www.berbagimanfaat.com/2011/12/perubahan-metabolisme-tubuh-pada.html
[Diakses 30 Agustus 2014].
5 Aulanni'am, 2012. Diabetes Melitus Tipe II - NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Malang: Universitas Brawaijaya.

6 Nadesul, H., 2007. Sehat itu Murah. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.