Karbohidrat
adalah zat gizi makro yang tersusun dari atom karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O). Karbohidrat merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh. Setiap
satu gram karbohidrat menghasilkan empat kalori. Kekurangan karbohidrat dapat
menyebabkan suplai energi berkurang sehingga tubuh mencari zat gizi/nutrien
lain sebagai alternatif, yaitu lemak atau protein. Lemak tubuh akan digunakan
terus menerus dan protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Hal ini
mengakibatkan tubuh menjadi semakin kurus.
Sedangkan
saat energi dari karbohidrat tersedia cukup atau lebih maka lemak tidak
digunakan sebagai energi namun disintesis dan disimpan. Metabolisme karbohidrat
yang kurang baik ini mengakibatkan terjadi penimbunan lemak sehingga
menimbulkan obesitas atau kegemukan. Obesitas tersebut menimbulkan efek penyakit
degeneratif seperti hipertensi, diabetes, dan stroke1.
Fungsi utama dari metabolisme karbohidrat adalah untuk menghasilkan energi dalam bentuk senyawa yang mengandung ikatan fosfat tinggi. Kelainan metabolisme sering disebabkan karena adanya kelainan gen yang mengakibatkan enzim tertentu yang diperlukan untuk proses metabolisme berkurang atau bahkan hilang.
Fungsi utama dari metabolisme karbohidrat adalah untuk menghasilkan energi dalam bentuk senyawa yang mengandung ikatan fosfat tinggi. Kelainan metabolisme sering disebabkan karena adanya kelainan gen yang mengakibatkan enzim tertentu yang diperlukan untuk proses metabolisme berkurang atau bahkan hilang.
Diabetes
melitus atau kencing manis adalah salah satu penyakit akibat adanya gangguan
metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh kurangnya jumlah atau tidak
optimalnya kerja insulin (hormon polipeptida). Hal ini menyebabkan insulin dan
glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik dan menumpuk di pembuluh darah.
Berdasarkan data yang diperoleh International Diabetes Federation (IDF), Indonesia
masuk dalam urutan ke-7 penderita diabetes tertinggi di dunia, setelah Cina,
India, USA, Brazil, Rusia, dan Mexico. Hampir 13% penderita diabetes di
Indonesia mayoritas berusia 55-69 tahun. Pendapatan seseorang juga mempengaruhi
jumlah penderita diabetes. Pada negara berpendapatan rendah dan menengah terdapat
sedikit penderita diabetes. Sedangkan pada negara berpendapatan tinggi
rata-rata penderita diabetes berusia lebih dari 60 tahun2.
Diabetes
yang timbul karena kekurangan insulin disebut diabetes melitus (DM) tipe I atau
Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM). Sedangkan pada penderita DM tipe II disebabkan karena insulin tidak
berfungsi dengan baik atau sering disebut Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin berfungsi mengatur metabolisme
glukosa menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang
disimpan di hati dan otot3.
Saat glukosa darah meningkat hingga
melebihi kapasitas reabsorpsi sel tubulus ginjal, glukosa akan diekskresikan
melalui urin (glukosuria). Glukosa yang terdapat pada urin memiliki efek
osmotik yang menarik H2O masuk ke tubulus ginjal sehingga terjadi
proses osmotik yang ditandai dengan poliuria (peningkatan aktivitas buang air
kecil). Poliuria menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang dapat menimbulkan
dehidrasi karena penurunan volume darah. Hal ini dapat berakibat fatal jika
tidak ditindaklanjuti karena aliran darah ke otak berkurang atau terjadi gagal
ginjal sekunder akibat gangguan filtrasi4.
Pada penderita DM tipe
II terjadi peningkatan kecepatan sintesis dari asam lemak tidak diimbangi
dengan kecepatan penyimpanan pada jaringan lemak. Sehingga asam lemak yang
dihasilkan tidak semuanya dapat dikatabolisme. Asam lemak berlebih diubah
menjadi trigliserida dan Very Low Density
Lipoprotein (VLDL). Umumnya penderita diabetes mempunyai aktivitas fisik
yang kurang sehingga mengakibatkan kadar lemak dalam darah meningkat dan akan
terjadi penebalan pada pembuluh darah terutama pada bagian mata5.
Pada
penderita diabetes dianjurkan untuk memeriksakan kondisi ginjal, mata, dan
saraf karena khawatir terjadi komplikasi. Penderita diabetes berisiko terjadi
penurunan ketajaman penglihatan mata dan kemungkinan terjadi komplikasi pada
retina mata (retinopathy diabeticum)
yang dapat berakhir dengan kebutaan. Saraf-saraf tepi pada ujung jemari
penderita akan terasa nyeri tertusuk yang menandakan gula darah semakin tinggi.
Penderita diabetes memerlukan vitamin B lebih banyak karena aliran darah
kapiler di ujung-ujung jemari perlu lebih diperhatikan. Gangguan aliran darah
dapat menyebabkan luka menjadi sukar sembuh dan jaringan mudah membusuk (gangrene) yang berakhir dengan tindakan
amputasi6.
Referensi:
1 Devi, N., 2010. Nutrition
and Food - Gizi untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
2 IDF, I. D. F.,
2013. International Diabetes Federation. [Online]
Available at: http://www.idf.org/membership/wp/indonesia
[Diakses 30 Agustus 2014].
Available at: http://www.idf.org/membership/wp/indonesia
[Diakses 30 Agustus 2014].
3 Suriani, N., 2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada
Diabetes Melitus, Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
4 Hanifah, R., 2011. Berbagi Manfaat. [Online]
Available at: http://www.berbagimanfaat.com/2011/12/perubahan-metabolisme-tubuh-pada.html
[Diakses 30 Agustus 2014].
Available at: http://www.berbagimanfaat.com/2011/12/perubahan-metabolisme-tubuh-pada.html
[Diakses 30 Agustus 2014].
5 Aulanni'am, 2012. Diabetes
Melitus Tipe II - NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Malang:
Universitas Brawaijaya.
6 Nadesul, H., 2007.
Sehat itu Murah. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar